Rabu, 17 Maret 2010

TINGGAL KENANGAN (REVISI)

Oleh Siti Khoirunika

Pagi yang penuh dengan taburan embun di dahan bunga pujaan hati. Dan kilatan cemerlang sang surya mulai menengok Monik yang sedang merapikan kamarnya. Sementara Paklik Ujang sedang mencuci mobil BMW milik Yanda. Sementara itu, kakak sepupunya mencuci motor Ninjanya. Monik keluar dari kamarnya, lalu dia menyambar kain pel dan ember, membersihkan lantai rumahnya yang berdebu.

Rumahnya tak begitu mewah, hanya terbuat dari kayu jati yang berukir, sedangkan lantainya terbuat dari batu marmer yang indah. Mereka tinggal di Kota Solo bersama orang tuanya. Di kota ini, penduduknya masih mempertahankan tradisi Jawa. Gaya bicaranya sopan, berbeda sekali dengan anak-anak kota yang kalau berbicara suka dengan bahasa gaul.

Monik sekolah di SMA N 2 Surakarta. Sekolah itu merupakan sekolah favorit di Solo. Di sana siswa-siswanya banyak yang ikut audisi model di VITA. Kampusnya indah dan rindang, tetapi sekolah di situ agak sulit karena siswanya pintar-pintar. Persaingannya ketat sekali. Monik sekarang sudah duduk di kelas XI IPA. Kakak sepupunya, Alex Airiqul Azma adalah mahasiswa semester dua jurusan Bahasa Inggris di UNS. Dia baru satu setengah tahun tinggal di rumah Monik. Asalnya dia dari Yogya. Orangnya cakep banget. Rambutnya hitam agak keriting. Kulitnya kuning langsat kayak cewek. Hidungnya mancung. Selain itu, dia suka bantu apa saja. Suka merespon curhat, pandai, kreatif, dan tak suka merokok. Oleh karena itu, Monik makin senang jika dia ada di rumah. Diam-diam Monik menaruh hati padanya.

Matahari kini terlihat cerah. Orang tua Monik sibuk mengangkati koper ke mobil BMW-nya. Mereka memanggil Monik untuk berpamitan.
“Monik, kemari sayang,” kata ibundanya sambil melambaikan tangan.
“Bunda, Yanda, kalian mau kemana?”
“Ke rumah nenek di Yogya. Kamu di rumah, ya?”
“Ha, enggak mau. Monik harus ikut. Monik kangen sama Oma,” pinta Monik dengan memelas sambil menarik-narik tangan bunda dan yandanya.
“Tidak, Nak, nanti kalau kamu ikut, mas Alex di rumah sama siapa?” kata Bunda.
Monik termenung sesaat. Dia berpikir-pikir. Seandainya ia ikut ia dapat berjumpa dengan omanya. Tapi mas Alex di rumah sendirian. Ia malah jadi melamunkan mas Alex. Dia berharap Tuhan dapat menjodohkannya. “Oh, Tuhan inikah yang dinamakan cinta,” kata Monik dalam hati.
Lamunan Monik buyar karena tiba-tiba Alex menimpali pembicaraan mereka bertiga.
“Iya, Nik, kamu jangan ikut, ya, please!” kata Alex sambil mengatupkan kedua tangannya.
Hatiku pun luluh. Akhirnya aku putuskan tidak ikut.
“Oke, aku tidak ikut, tapi ada syarat untuk mas Alex!”
“Apa syaratnya?” tanya Alex penasaran.
“Nanti deh, biar Bunda berangkat dulu nanti keburu sore.”
“Baiklah.”
“Bunda dan Yanda enggak lama kan nginep di sana?”
“Tidak, hanya dua minggu saja. Kan nenek sedang mengadakan reuni?”
“Ya sudah jangan lupa oleh-olehnya, ya? Salam buat Oma, Bunda!”
“Tentu saya.”
Mereka berpelukan. Lalu bunda dan yanda berpamitan. Mobil BMW itu telah melaju dan makin menghilang. Tak terasa, aku menetaskan air mata. Mas Alex mengusapnya lembut dengan sapu tangan lalu memelukku. Aku tersipu malu. Kulepas pelukannya.
“Eh, kok dilepas.”
“Memangnya tidak boleh?”
“Boleh dong. BTW pelukanku hangat lo,” katanya sambil tertawa.
“Mungkin lebih hangat dari pelukan pacarmu.”
“Pacar? Aku masih jomblo, Monik!”
“Enggak mungkin. Ayo mulai bohong ya? Masa sudah kuliah belum punya pacar?” tanya Monik mulai memancing-mancing.
“Swear! Aku dari dulu belum punya pacar!”
“Tapi kalau mantan orang, pernah kan?”
“Ya tidak pernah lah, eh tadi kamu beri syarat aku. Apa sih syaratnya?”
“Emmm, kalau aku berangkat sekolah, kamu harus antar aku dan jemput aku. OK?” kata Monik seperti anak kecil.
“Itu soal gampang, tapi kalau aku pas ada urusan kuliah, kamu pulang sendiri, ya?”
“No, aku tidak mau pulang sendiri!”
“Kamu jangan egois dong! OK, tapi kalau jemputnya telat enggak mengapa?” ucapnya sambil mengacak-acak rambutku. Kulepaskan tangan jahilnya di kepalaku.
“Tuh, udah Ashar, sana salat dulu,” perintah Monik.
“Kamu tidak salat?”
“Tidak, aku barusan datang bulan.”
“Nik, kamu kan tidak salat. Kamu masak ya? Katanya kamu pandai memasak?”
“Well, BTW enak tidak masakanku?”
“Sangat enak dan lezat. Rasanya pun seperti masakan ibuku. Sampai bikin aku nambah terus. Ha,....”
“ Dasar rakus,” kata Monik sambil berlari ke dapur.
Dia akan memasak bergedel dan lotek, makanan kesukaan Alex. Sebenarnya dia mau memasak itu supaya mendapat perhatian dari Alex. Alex pun membantu membersihkan meja dan menyiapkan piring. Monik sibuk dengan masakannya.
“Hemm... harum sekali! Pasti rasanya enak,” kata Alex sambil mengambil nasi.
“Iya lah, anak bunda gitu lo!”
“Oh, no, no.... tapi lebih enak masakanku sedikit,” katanya sambil cengar-cengir.
“Enak saja, aku kan juru masak sekaligus koki, sedangkan kamu itu pembantu koki.”
“Emmm, Monik, bergedel dan pecelnya kok rasanya beda. Kamu tambah apa sih?”
“Ada deh!”
“Ayo dong, jelasin, please!”
“Itu namanya bukan pecel tapi lotek. Pada dasarnya itu sama dengan pecel, bedanya hanya pada sambalnya. Sambal lotek tidak diberi daun jeruk dan kencur, melainkan diberi asam muda. Itu adalah makanan khas Tegal. Sedangkan bergedelnya aku tambah daging sapi yang diblender dan merica buntut yang sudah dihaluskan,” kata Monik panjang lebar.
“Eh, Nik. Kamu itu cantik, pandai memasak, pandai menjahit, menyulam dan lain-lain. Ngomong-ngomong, kamu sudah punya pacar belum?”
“Belum, memangnya kenapa? Kamu naksir aku ya?”
“Nggak mungkinlah. Kamu kan adikku.”
Monik hampir tak percaya pada kata-kata itu. Kamu kan adikku. Monik tak kuasa mendengarnya. Hatinya bagai disayat sembilu. Perih, perih sekali. Tapi betul juga, mas Alex adalah saudara sepupu. Dia kakakku.

* * *
Pagi yang cerah. Monik cepat-cepat mandi. Dia memakai baju OSIS abu-abunya. Berusaha berdandan cepat, lalu keluar menghampiri Alex yang telah menunggu di luar.
“Mas, nyetirnya cepat ya, soalnya aku upacara!”
Motor Ninja melaju kencang mengantarkan Monik menuju sekolah. Setiba di sana teman-teman dekatnya yaitu Rara dan Sarah sudah menunggu di gerbang sekolah. Monik turun dari motor dan menghampiri keduanya.
“ Wuih, so sweat, sang putri sudah punya pangeran ya?” tanya Rara menggodaku.
“Iya juga nih, orangnya keren, lebih keren daripada cowok-cowok di SMA kita ini,” gantian Sarah menggodaku.
“Ih, apa-apaan sih! Dia itu kakak sepupuku dari Yogya!”
“Yang bener?”
“Ya benarlah! Siapa yang pernah bohongin kalian?”
“Nik, kalau aku naksir dia, bagaimana?”
“Nggak boleh, dia sudah punya pacar!” ucap Monik.
“Yang bener nih?”
“Ya iyalah.Yuk kita masuk!”
“Yuk..”

Jam pelajaran di mulai, mereka masuk kelas. Siswa-siswa membuka bukunya. Monik membuka bukunya. Ia melihat sepucuk surat yang terselip di bukunya dengan hati dag-dig-dug. Dia membuka pelan sambil bergumam,”Surat dari siapa nih?”
Lalu dibukanya surat itu pelan-pelan. Dia takut kalau-kalau temannya tahu.

UNTUK PUJAANKU (MONIK)

Dengan hati yang tulus, kuucapkan sebuah butir kata untukmu. Kuberharap kau memaafkanku dan menghargai tulisan yang kubuat ini.
Tiada kata menyakiti.
Tiada kata benci.
Tiada kata marah.
Nik, sebenarnya aku cinta kamu. Sejak pandangan pertama, waktu kamu masih SMP, aku ingin mengungkapkannya. Tetapi aku tahu, kamu benci pacaran, maka rasa cinta itu selalu kupendam di hatiku sampai kamu nanti mau menerimaku di hatimu yang paling dalam. Nik, jangan marah ya? Kuharap kamu dan aku sama-sama saling mencintai.

Pemujamu

“Monik, kamu dapat surat cinta, ya?” tanya Rara sambil menepuk pundak Monik. Hatinya pun mau copot rasanya. Cepat-cepat dia selipkan surat itu di tasnya.
“Tidak, tidak. Itu tadi anu, e,... surat dari e,.. teman lamaku!”
“ Oh.... yang bener?”
“Sure!”
“Alah jangan bohong ya?”
“Tidak, aku tidak bohong!”
“Tapi tadi kalau ditanya kok gugup?”
“Ya Cuma kaget aja!”

Bel istirahat berdenting. Siswa-siswa berhamburan keluar. Rara dan Sarah mengajaknya ke kantin tapi Monik sedang malas. Dia ingin di kelas saja sampai bel pulang nanti. Akhirnya bel yang ditunggu-tunggu bergema dengan meriah. Monik langsung pulang bersama kakaknya yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah.
Setiba di rumah, Monik mau langsung ke dalam, tetapi Alex menarik tangannya.
“Nik, gimana jawabannya?”
“Jawaban apa?”
“Surat itu tuh?”
“Jadi....?”
“Iya, selama ini aku suka kamu. Kamu mau kan jadi kekasihku?”
“ Ah, gimana ya, tolong beri aku waktu untuk menjawabnya!”
“Baik, berapa hari?”
“Tiga hari!”
* * *
Hari yang dinantikan tiba. Monik masih bingung dengan pertanyaan kemarin. Ia
Masih bingung dengan jawabannya. Dengan perasaan yang tidak karuan, senang, sedih, takut, khawatir semua campur aduk jadi satu. Dia melangkahkan kakinya menghampiri kakaknya yang sedang menonton TV. Alex pun juga gundah memikirkan jawaban dari Monik. Dia pun memberanikan untuk bicara.

“Nik, bagaimana jawabannya?” kata Alex dengan suara bergetar.
“Gimana, ya...? Baiklah, sebenarnya kamu pengin aku menerima atau menolak?”
“Maksudmu?”
“Maksudku, kamu harus memilih, aku menerima atau menolak?”
“Kalau aku pilih menerima, maknanya apa?”
“Kau harus menjawab tiga pertanyaan dariku!” kata Monik tegas sambil berpikir-pikir.
“Baik, aku sanggup!”
“Sekarang?”
“Sekarang!” jawab Alex tak kalah tegas.
“Pertama, mengapa kamu memilih aku daripada yang lain dan apa kriterianya?”
“Aku memilihmu karena perhatian, kamu kreatif, walaupun kamu galak, tetapi masih tahu hati. Dan yang pasti kamu bagaikan ibu yang bijaksana.”
“Ok! Kedua, kalau memang aku jodohmu, dan kau akan jadi suamiku, tetapi aku mandul bagaimana? Sanggup?”
Alex bingung dengan pertanyaan kedua. Ia berpikir. Bagaimana rasanya tidak punya anak. Pasti sepi. Lama termenuh hati Alex dibukakan oleh Tuhan.
“Baik, kalau memang kau menjadi istriku dan walaupun kamu tidak punya anak kita bisa mengadopsi.”
“Terakhir, kalau aku terima, apakah cinta kita diakhiri dengan putus?”
“Tidak, aku ingin cinta itu selamanya. Dan nanti bila Tuhan tidak menjodohkan tidak mengapa. Harapanku cinta itu tidak berakhir dengan putus sampai kau dan aku punya kekasih lain. Hatiku selalu untukmu!”
“Benarkah? Tapi jawabanmu kurang tepat!”
“Kok bisa,makasudnya?”
“Ya begitulah.Berarti hari ini aku harus me...”
Belum sempat bicara Alex sudah memotongnya .
“Jangan Nik.Tolong aku! Beri waktu aku untuk memperbaikinya.Aku mohon Nik”katanya sambil menggenggam tanagn Monik dengan erat.
“Tentu,aku punya waktu setelah aku ujian!”
“Sebegitukah lamanya?”
“Yah...begitulah!kalau memang kamu mau minta jawabannya,kamu harus sabar.Kamu tahu sendirikan kalau aku harus fokus pada pelajaran.Demi ujian dan kuliahku!”kata Monik memperjelas.

Monik langsung lari ke kamar. Tiba-tiba perasaannya berubah. Dia tidak merasakan cinta itu lagi.
“Bagaimana ini!aku bingung,sebenarnya aku mencintainya.Tapi...dia masih saudaaraku.Bagaimanapun juga aku akan menganggapnya kakak. Ya Tuhan maafkan aku, maafkan aku juga kak” kata Monik dalam hati.
Tak tahunya orang tua Monik telah pulang dari Yogya.
“Sayang, Bunda pulang, nih oleh-olehnya!”
“Bunda, Yanda sudah pulang to, aku kangen sekali,” kata Monik dengan haru.
“Mas Alex di mana?”
“Di kamar.”

Hari demi hari yang Monik lalui dengan Alex biasa saja. Mereka tak pernah pacaran. Mereka berusaha menjaga syariat agama Islam. Sekarang Monik sudah kelas XII. Dia berusaha serius dengan pelajaran. Suatu hari, staminanya makin turun. Waktu itu Sarah menitipkan surat untuk Alex. Setiba di rumah, dia tidak memberikan langsung kepada Alex. Dia akan membaca surat itu lebih dahulu. Dia tahu Sarah suka pada Alex. Dibukanya surat itu pelan-pelan. Ia kaget setangah mati, ternyata isinya pengakuan cinta Sarah kepada Alex. Hatinya remuk dan tak kuasa melihatnya sampai air matanya bercucuran. Tak lama dia menangis. Badannya lemas. Hidung dan mulutnya mengeluarkan darah. Dia terkejut dan takut kalau orang tuanya tahu.
Dia ingat, suatu hari dia tidak masuk sekolah, melainkan ke rumah sakit tanpa sepengetahuan siapa pun. Kata dokter yang memeriksanya, dia didiagnosa mengidap penyakit kanker janjung,penyakit yang tiada tandingnya di dunia.

Kini, penyakit itu rupanya makin mengganas. Kian lama, badannya kian tidak bertenaga. Dia sering mimisan dan muntah darah dan rambutnya mulai rontok. Suatu hari waktu dia berangkat ke sekolah ketika baru sampai di gerbang sekolah dia pingsan. Kedua karibnya, Rara dan Sarah terkejut melihatnya dan membawanya ke UKS.

“Nik, kenapa kamu jadi begini,” kata Rara dengan suara terisak.
“Aku tidak apa-apa kok! Sarah, kemarin suratmu sudah aku berikan. Dia minta kamu jadi pacarnya,” jawab Monik. Monik sengaja berbohong karena dia tidak ingin melukai hati sahabatnya itu. Walaupun di hatinya ada rasa sakit yang mengiris-iris. Ia berjanji dia akan menganggap Alex sebagai kakak bukan pacar.
“Sudahlah Nik, itu tidak penting! Yang penting sekarang kesehatanmu. Kamu harus sehat! Kita ke rumah sakit saja ya?” kata sarah.
Monik menggeleng. Dia menolak.
Bel tanda selesai pelajaran berdenting. Monik langsung ke rumah sakit untuk operasi. Setelah operasi dia koma beberapa hari. Dokter mengabari orang tuanya. Mendengar berita itu Alex kaget. Ia tahu, pasti kejadian itu karena Monik cemburu terhadap surat Sarah. Lalu mereka cepat-cepat ke rumah sakit. Setiba di sana mereka langsung menuju ICU.
“Sayang, jangan tinggalkan Bunda ya? Sembuh ya, Nak.”
“Sudahlah Om dan Tante pulang saja, biar Alex yang menunggui di sini.”
Orang tua Monik pulang. Kini tinggallah Alex dan Monik.
“Nik, kenapa kamu jadi begini? Aku tahu kamu cemburu. Bagaimanapun juga aku tetap di sampingmu,” bisik Alex di telinga Monik sambil memegang tangannya.
Tak lama kemudian Sarah datang.
“Nik, kamu kenapa? Maafin aku ya. Aku telah menyakiti kamu. Kamu juga jahat! Kenapa kau tidak beri tahu aku kalau kau pacarnya. Bangun Nik!” kata Sarah sambil menggoyang-goyangkan tubuh Monik. Air matanya meleleh. Monik membuka matanya.Alex dan Sarah pun bahagia melihat Monik sadar.
“Mas, Sar, kenapa kamu kesini! Biarkan aku sendiri!”
“Tidak Nik. Aku harus menemanimu! Kamu masih sakit Nik” ucap Sarah
“Tidak aku sudah sembuh”
“Kamu belum sembuh Nik!”
“Mas,maukah kamu membantuku?”
“Tentu,Nik.Katakan apa yang kau inginkan?”
“Mas masih sayang Monikkan?”
“Iya,aku sangat sayang kepadamu malah sangat cinta!”
“Mas,jangan sebut cinta lagi!aku tak butuh.Mas tolong panggilkan dokter!”
Alex keluar untuk menemui Dokter.Lalu membawanya ke ruangan Monik.
“Dok,boleh aku pulang?”
“Em...boleh! Tapi besok!”
“Makasih dok!”
“Mohon saudara Alex kemari!”
“Ya dok!”
Alex dan dokter keluar.Dokter berpesan nanti kalau Monik di bawa pulang,dia harus dihibur dan dia tidak boleh di buat kecewa.

* * *

Ujian Monik tiba,ia mengerjakannya dengan tenang.Saatnya pengumuman kelulusan tiba,Monik mendapat peringkat kedua,ia hampir tak percaya karena beberapa tahun yang lalu,dia belum bisa meraihnya.Monik bersyukur pada Tuhan,yang telah memberikan berkah kepadanya.Pada saat pulang,hatinya dag-dig-dug.Karena hari ini merupakan hari yang di tunggu Alex.Ketika ia mau masuk ke kamar,dia dihadang Alex.

“Nik,gimana jawabannya?”
“Maaf,aku harus menundanya besok!”
“Apa? Kau ingin menunda lagi? Sampai kapan kau menjawabnya!”bentaknya.
Alex meraih tangan Monik dan menggenggamnya erat,Monik terdiam.
“Kapan Nik! Kapan ! Jawab sekarang Nik! Aku Tidak butuh hari lagi.Nik jawab” ucapnya sam bilo memegang tangannya dengan erat.Monik masih terdiam,pandangannya tertunduk,dia masih takut dengan paras kakaknya yang sedang marah itu.
“Ayo Jawab Nik!jawab!”
Alex menggoyang goyangkan tubuh Monik,akhirnya Monik membuka mulutnya yang ranum itu.
“Ih,lepasin dulu tanganku! Baru aku jawab”Alex melepaskan tangan Monik yang sejak tadi di genggamnya.
“Sebelumnya aku minta maaf. Aku nolak kamu mas”
Hati Alex hancur berkeping keping,rasanya perih seperti sayatan sembilu.Setega inikah Monik?menolak cintanya yang sudah lama dipendam.Dia sabar menunggunya hingga berhari hari,berbulan bulan, bertahun tahun. “Oh....kau benar benar tak tahu pengertian” katanya di hati.
“Kamu ini kenapa Nik? Kenapa kau menolakku. Jawab Nik”ucapan Alex yang lembut kini berubah parau.
“Mas kau tahu sendiri kan?kita masih ada hubungan darah”
“Aku tahu .Tetapi aku sangat cinta kamu”
“Ya begitulah cinta itu.Mas jangan cinta buta ya dengan Monik! Cinta itu tak harus memiliki mas.Kuingatkan ya. Kau boleh cinta aku dengan syarat tidak harus punya rasa ingin memiliki!”
“Aku mohon Nik? Aku mohon!”
“Ini tidak boleh kak.Dengarlah baik-baik kita itu saudara,sampai kapanpun aku akan menganggapmu sebagai seorang kakak”ucapnya sambil menangis.
“Tapi?”
“Tidak ada tapi tapian!cari saja yang lain, selain aku!”katanya sambil menerobos tangan Alex yang menghalanginya.Namun,Alex dapat mencegahnya.
“Nik, aku mohon! Tolong aku Nik!”. Alex terus mendekur dan mengatupkan tangan di dadanya.
“Nik,aku mohon!”
“Tidak!”
“Aku mohon Nik!”
“Tidak,ya tidak!”
Dengan tak kuasa menahan amarah Monik memampirkan tangannya di pipi Alex. “PLAKKK”.
“Nik,kenapa kau menamparku? Kau marah ya?”
“Ya! Kau egois mas! Kau egois! Sudah aku bilang,carilah selain aku,aku mohon?”
Kini gantian Monik yang memohon kepada Alex. Dia kembali mengalirkan air matanya.Lalu dia menerobos untuk masuk ke kamarnya.Sebelum dia masuk dia berpesan kepada Alex.
“Sekali lagi kau mohon maaf.Seandainya aku cinta kamu.dan jika kau menyayangiku carilah yang lain.Carilah cinta selain aku.Bukakaan hatimu yang paling dalam untuk orang lain.Jika mas tetap mencintaiku berarti kau tetap ingin melukaiku.Apa kamu belum puas aku sakit!
Lagian percuma mas mencintaiku,sebentar lagi aku akan meninggalkan alam yang indah ini”.
“Cukup Nik.Lebih baik Tuhan mengambil nyawaku dulu.Karena kau terlalu kecil untuk meninggalkan alam yang luas ini!”
Monik masuk ke kamar.Dia berjanji akan menganggap Alex sebagai kakak.Setelah kejadian ini, Monik tidak pernah diantar jemput lagi oleh Alex.Sampai teman temannay aneh melihatnya.Orang tuanya pun juga sama.

***

Setelah satu tahun, kuliah Alex selesai, dia akan pulang ke desa asalnya. Dengan hati yang sedih, Monik merelakannya. Empat tahun telah berlalu, kabarnya Alex akan berkunjung ke rumahnya. Alex berangkat dengan motor Ninjanya. Sampai di Bantul, Yogyakarta, Alex mengalami kecelakaan. Dia menabrak truk tronton. Dia koma sebelum meninggal dunia. Mendengar peristiwa itu, Monik pingsan. Setelah sadar tak henti-hentinya dia menangis sampai matanya sembab. Sore hari Monik meluncur ke Yogya bersama keluarganya. Di makam Alex, Monik bersimpuh.
“Maafkan aku,sebenarnya aku juga mencintaimu,tapi kita saudara.Selamat tinggal kekasih, semoga arwahmu baik-baik saja,” kata Monik lirih.
Lalu dia mampir di rumah Alex untuk bersilaturrahmi dengan keluarganya. Ibunya Alex memberikan kerangka bunga dan surat. Monik buru-buru membacanya.


Kenangan Untukmu
Dunia telah kita lalui
Suka duka kita telah tercecap
Kenangan indah kita telah terlewati
Sebagai simbol keakraban dan persahabatan
Kini, aku harus melepaskannya
Aku harus meninggalkannya
Jarum infus yang membuat aku nyeri itu
Teman hidupku
Dulu kau harap aku mengasihi yang lain
Sekarang kuharap engkau mengasihi yang lain
Melupakanku selamanya
Itu lebih baik demi kebehagiaanmu

Selamat tingal,
Alex

Monik mendekap surat itu di dadanya. Air matanya kembali mengalir.Dan akhirnya dia jatuh pingsan,penyakitnya kambuh lagi.Darah segar kini keluar dari mulut dan hidungnya,rambutnya yang terurai rontok sehelai demi helai,nafasnya kembali sesak,dia memanggil bundanya sekuat tenaga.Bundanya kaget melihat sekujur tubuh Monik basah karena darah.Lalu orang tuanya membawanya ke RS. Surya Melati.Monik harus dioperasi, setelah itu dia koma bundanya terus dan terus menangis sampai matanya bengkak.
“Sayang jangan tinggalkan bunda. Bunda masih butuh kamu nak! Bangun nak!bangun!” Bundanya terus menggoyang goyangkan tubuhnya yang tak berdaya itu.Yandanya terus menenangkan istrinya.
. “Sabar bu, biarkan Monik pergi bu.Tuhan kita sudah menakdirkan dia pergi,relakan bu...”
“Tapi...Monik anak satu satunya yang dapat membuat kita senang. Apa yanda rela juga bila Monik pergi ?”
“Aku rela bu,kalau memang itu takdirnya”
Tak lama kemudian Monik membuka matanya.
“Monik kau sadar ,sayang?”
“Bun, yan,aku...”
“Katakan Nak apa maumu?”
“Aku mau pamit.Selamat ting..ting...gal bun, yan”
Nafas Monik berhanti. Dan akhirnya dia menyusul kakaknya di alam fana,untuk selamanya.

Kamis, 11 Maret 2010

Tinggal Kenangan

Oleh Siti Khoirunika

Pagi yang penuh dengan taburan embun di dahan bunga pujaan hati. Dan kilatan cemerlang sang sutra mulai menengok Monik yang sedang merapikan kamarnya. Sementara Paklik Ujang sedang mencuci mobil BMW milik Yanda. Sementara itu, kakak sepupunya mencuci motor Ninjanya. Monik keluar dari kamarnya, lalu dia menyambar kain pel dan ember, membersihkan lantai rumahnya yang berdebu.

Rumahnya tak begitu mewah, hanya terbuat dari kayu jati yang berukir, sedangkan lantainya terbuat dari batu marmer yang indah. Mereka tinggal di Kota Solo bersama orang tuanya. Di kota ini, penduduknya masih mempertahankan tradisi Jawa. Gaya bicaranya sopan, berbeda sekali dengan anak-anak kota yang kalau berbicara suka dengan bahasa gaul.

Monik sekolah di SMA N 2 Surakarta. Sekolah itu merupakan sekolah favorit di Solo. Di sana siswa-siswanya banyak yang ikut audisi model di VITA. Kampusnya indah dan rindang, tetapi sekolah di situ agak sulit karena siswanya pintar-pintar. Persaingannya ketat sekali. Monik sekarang sudah duduk di kelas XI IPA. Kakak sepupunya, Alex Airiqul Azma adalah mahasiswa semester dua jurusan Bahasa Inggris di UNS. Dia baru satu setengah tahun tinggal di rumah Monik. Asalnya dia dari Yogya. Orangnya cakep banget. Rambutnya hitam agak keriting. Kulitnya kuning langsat kayak cewek. Hidungnya mancung. Selain itu, dia suka bantu apa saja. Suka merespon curhat, pandai, kreatif, dan tak suka merokok. Oleh karena itu, Monik makin senang jika dia ada di rumah. Diam-diam Monik menaruh hati padanya.

Matahari kini terlihat cerah. Orang tua Monik sibuk mengangkati koper ke mobil BMW-nya. Mereka memanggil Monik untuk berpamitan.
“Monik, kemari sayang,” kata ibundanya sambil melambaikan tangan.
“Bunda, Yanda, kalian mau kemana?”
“Ke rumah nenek di Yogya. Kamu di rumah, ya?”
“Ha, enggak mau. Monik harus ikut. Monik kangen sama Oma,” pinta Monik dengan memelas sambil menarik-narik tangan bunda dan yandanya.
“Tidak, Nak, nanti kalau kamu ikut, mas Alex di rumah sama siapa?” kata Bunda.
Monik termenung sesaat. Dia berpikir-pikir. Seandainya ia ikut ia dapat berjumpa dengan omanya. Tapi mas Alex di rumah sendirian. Ia malah jadi melamunkan mas Alex. Dia berharap Tuhan dapat menjodohkannya. “Oh, Tuhan inikah yang dinamakan cinta,” kata Monik dalam hati.
Lamunan Monik buyar karena tiba-tiba Alex menimpali pembicaraan mereka bertiga.
“Iya, Nik, kamu jangan ikut, ya, please!” kata Alex sambil mengatupkan kedua tangannya.
Hatiku pun luluh. Akhirnya aku putuskan tidak ikut.
“Oke, aku tidak ikut, tapi ada syarat untuk mas Alex!”
“Apa syaratnya?” tanya Alex penasaran.
“Nanti deh, biar Bunda berangkat dulu nanti keburu sore.”
“Baiklah.”
“Bunda dan Yanda enggak lama kan nginep di sana?”
“Tidak, hanya dua minggu saja. Kan nenek sedang mengadakan reuni?”
“Ya sudah jangan lupa oleh-olehnya, ya? Salam buat Oma, Bunda!”
“Tentu saya.”
Mereka berpelukan. Lalu bunda dan yanda berpamitan. Mobil BMW itu telah melaju dan makin menghilang. Tak terasa, aku menetaskan air mata. Mas Alex mengusapnya lembut dengan sapu tangan lalu memelukku. Aku tersipu malu. Kulepas pelukannya.
“Eh, kok dilepas.”
“Memangnya ndak boleh?”
“Boleh dong. BTW pelukanku hangat lo,” katanya sambil tertawa.
“Mungkin lebih hangat dari pelukan pacarmu.”
“Pacar? Aku masih jomblo, Monik!”
“Enggak mungkin. Ayo mulai bohong ya? Masa sudah kuliah belum punya pacar?” tanya Monik mulai memancing-mancing.
“Swear! Aku dari dulu belum punya pacar!”
“Tapi kalau mantan orang, pernah kan?”
“Ya ndak pernah lah, eh tadi kamu beri syarat aku. Apa sih syaratnya?”
“Emmm, kalau aku berangkat sekolah, kamu harus antar aku dan jemput aku. OK?” kata Monik seperti anak kecil.
“itu soal gampang, tapi kalau aku pas ada urusan kuliah, kamu pulang sendiri, ya?”
“No, aku tidak mau pulang sendiri!”
“Kamu jangan egois dong! OK, tapi kalau jemputnya telat enggak mengapa?” ucapnya sambil mengacak-acak rambutku. Kulepaskan tangan jahilnya di kepalaku.
“Tuh, udah Ashar, sana salat dulu,” perintah Monik.
“Kamu tidak salat?”
“Tidak, aku barusan datang bulan.”
“Nik, kamu kan tidak salat. Kamu masak ya? Katanya kamu pandai memasak?”
“Well, BTW enak tidak masakanku?”
“Sangat enak dan lezat. Rasanya pun seperti masakan ibuku. Sampai bikin aku nambah terus. Ha,....”
“ Dasar rakus,” kata Monik sambil berlari ke dapur.
Dia akan memasak bergedel dan lotek, makanan kesukaan Alex. Sebenarnya dia mau memasak itu supaya mendapat perhatian dari Alex. Alex pun membantu membersihkan meja dan menyiapkan piring. Monik sibuk dengan masakannya.
“Hemm... harum sekali! Pasti rasanya enak,” kata Alex sambil mengambil nasi.
“Iya lah, anak bunda gitu lo!”
“Oh, no, no.... tapi lebih enak masakanku sedikit,” katanya sambil cengar-cengir.
“Enak saja, aku kan juru masak sekaligus koki, sedangkan kamu itu pembantu koki.”
“Emmm, Monik, bergedel dan pecelnya kok rasanya beda. Kamu tambah apa sih?”
“Ada deh!”
“Ayo dong, jelasin, please!”
“Itu namanya bukan pecel tapi lotek. Pada dasarnya itu sama dengan pecel, bedanya hanya pada sambalnya. Sambal lotek tidak diberi daun jeruk dan kencur, melainkan diberi asam muda. Itu adalah makanan khas Tegal. Sedangkan bergedelnya aku tambah daging sapi yang diblender dan merica buntut yang sudah dihaluskan,” kata Monik panjang lebar.
“Eh, Nik. Kamu itu cantik, pandai memasak, pandai menjahit, menyulam dan lain-lain. Ngomong-ngomong, kamu sudah punya pacar belum?”
“Belum, memangnya kenapa? Kamu naksir aku ya?”
“Nggak mungkinlah. Kamu kan adikku.”
Monik hampir tak percaya pada kata-kata itu. Kamu kan adikku. Monik tak kuasa mendengarnya. Hatinya bagai disayat sembilu. Perih, perih sekali. Tapi betul juga, mas Alex adalah saudara sepupu. Dia kakakku.

* * *
Pagi yang cerah. Monik cepat-cepat mandi. Dia memakai baju OSIS abu-abunya. Berusaha berdandan cepat, lalu keluar menghamiri Alex yang telah menunggu di luar.
“Mas, nyetirnya cepat ya, soalnya aku upacara!”
Motor Ninja melaju kencang mengantarkan Monik menuju sekolah. Setiba di sana teman-teman dekatnya yaitu Rara dan Sarah sudah menunggu di gerbang sekolah. Monik turun dari motor dan menghampiri keduanya.
“ Wuih, so sweat, sang putri sudah punya pangeran ya?” tanya Rara menggodaku.
“Iya juga nih, orangnya keren, lebih keren daripada cowok-cowok di SMA kita ini,” gantian Sarah menggodaku.
“Ih, apa-apaan sih! Dia itu kakak sepupuku dari Yogya!”
“Yang bener?”
“Ya benarlah! Siapa yang pernah bohongin kalian?”
“Nik, kalau aku naksir dia, bagaimana?”
“Nggak boleh, dia sudah punya pacar!” ucap Monik.

Jam pelajaran di mulai, mereka masuk kelas. Siswa-siswa membuka bukunya. Monik membuka bukunya. Ia melihat sepucuk surat yang terselip di bukunya dengan hati dag-dig-dug. Dia membuka pelan sambil bergumam,”Surat dari siapa nih?”
Lalu dibukanya surat itu pelan-pelan. Dia takut kalau-kalau temannya tahu.

Untuk Pujaanku (Monik)

Dengan hati yang tulus, kuucapkan sebuah butir kata untukmu. Kuberharap kau memaafkanku dan menghargai tulisan yang kubuat ini.
Tiada kata menyakiti.
Tiada kata benci.
Tiada kata marah.
Nik, sebenarnya aku cinta kamu. Sejak pandangan pertama, waktu kamu masih SMP, aku ingin mengungkapkannya. Tetapi aku tahu, kamu benci pacaran, maka rasa cinta itu selalu kupendam di hatiku sampai kamu nanti mau menerimaku di hatimu yang paling dalam. Nik, jangan marah ya? Kuharap kamu dan aku sama-sama saling mencintai.

Pemujamu

“Monik, kamu dapat surat cinta, ya?” tanya Rara sambil menepuk pundak Monik. Hatinya pun mau copot rasanya. Cepat-cepat dia selipkan surat itu di tasnya.
“Tidak, tidak. Itu tadi anu, e,... surat dari e,.. teman lamaku!”
“ Oh.... yang bener?”
“Sure!”
“Alah jangan bohong ya?”
“Tidak, aku tidak bohong!”
“Tapi tadi kalau ditanya kok gugup?”
“Ya Cuma kaget aja!”

Bel istirahat berdenting. Siswa-siswa berhamburan keluar. Rara dan Sarah mengajaknya ke kantin tapi Monik sedang malas. Dia ingin di kelas saja sampai bel pulang nanti. Akhirnya bel yang ditunggu-tunggu bergema dengan meriah. Monik langsung pulang bersama kakaknya yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah.
Setiba di rumah, Monik mau langsung ke dalam, tetapi Alex menarik tangannya.
“Nik, gimana jawabannya?”
“Jawaban apa?”
“Surat itu tuh?”
“Jadi....?”
“Iya, selama ini aku suka kamu. Kamu mau kan jadi kekasihku?”
“ Ah, gimana ya, tolong beri aku waktu untuk menjawabnya!”
“Baik, berapa hari?”
“Tiga hari!”
* * *
Hari yang dinantikan tiba. Monik masih bingung dengan pertanyaan kemarin. Ia
Masih bingung dengan jawabannya. Dengan perasaan yang tidak karuan, senang, sedih, takut, khawatir semua campur aduk jadi satu. Dia melangkahkan kakinya menghampiri kakaknya yang sedang menonton TV. Alex pun juga gundah memikirkan jawaban dari Monik. Dia pun memberanikan untuk bicara.

“Nik, bagaimana jawabannya?” kata Alex dengan suara bergetar.
“ Gimana, ya...? Baiklah, sebenarnya kamu pengin aku menerima atau menolak?”
“Maksudmu?”
“Maksudku, kamu harus memilih, aku menerima atau menolak?”
“Kalau aku pilih menerima, maknanya apa?”
“Kau harus menjawab tiga pertanyaan dariku!” kata Monik tegas sambil berpikir-pikir.
“Baik, aku sanggup!”
“Sekarang?”
“Sekarang!” jawab Alex tak kalah tegas.
“Pertama, mengapa kamu memilih aku daripada yang lain dan apa kriterianya?”
“Aku memilihmu karena perhatian, kamu kreatif, walaupun kamu galak, tetapi masih tahu hati. Dan yang pasti kamu bagaikan ibu yang bijaksana.”
“Ok! Kedua, kalau memang aku jodohmu, dan kau akan jadi suamiku, tetapi aku mandul bagaimana? Sanggup?”
Alex bingung dengan pertanyaan kedua. Ia berpikir. Bagaimana rasanya tidak punya anak. Pasti sepi. Lama termenuh hati Alex dibukakan oleh Tuhan.
“Baik, kalau memang kau menjadi istriku dan walaupun kamu tidak punya anak kita bisa mengadopsi.”
“Terakhir, kalau aku terima, apakah cinta kita diakhiri dengan putus?”
“Tidak, aku ingin cinta itu selamanya. Dan nanti bila Tuhan tidak menjodohkan tidak mengapa. Harapanku cinta itu tidak berakhir dengan putus sampai kau dan aku punya kekasih lain. Hatiku selalu untukmu!”
“Benarkah? Tapi jawabanmu kurang tepat!”
“Kok bisa,makasudnya?”
“Ya begitulah.Berarti hari ini aku harus me...”
Belum sempat bicara Alex sudah memotongnya .
“Jangan Nik.tolong aku! Beri waktu aku untuk memperbaikinya.Aku mohon Nik”katanya sambil menggenggam tanagn Monik dengan erat.
“Tentu,aku punya waktu setelah aku ujian!”
“Sebegitukah lamanya?”
“Yah...begitulah!kalau memang kamu mau minta jawabannya,kamu harus sabar.Kamu tahu sendirikan kalau aku harus fokus pada pelajaran.Demi ujian dan kuliahku!”kata Monik memperjelas.

Monik langsung lari ke kamar. Tiba-tiba perasaannya berubah. Dia tidak merasakan cinta itu lagi.
“Bagaimana ini!aku bingung,sebenarnya aku mencintainya.Tapi...dia masih saudaaraku.Bagaimanapun juga aku akan menganggapnya kakak,” kata Monik dalam hati.
Tak tahunya orang tua Monik telah pulang dari Yogya.
“Sayang, Bunda pulang, nih oleh-olehnya!”
“Bunda, Yanda sudah pulang to, aku kangen sekali,” kata Monik dengan haru.
“Mas Alex di mana?”
“Di kamar.”

Hari demi hari yang Monik lalui dengan Alex biasa saja. Mereka tak pernah pacaran. Mereka berusaha menjaga syariat agama Islam. Sekarang Monik sudah kelas XII. Dia berusaha serius dengan pelajaran. Suatu hari, staminanya makin turun. Waktu itu Sarah menitipkan surat untuk Alex. Setiba di rumah, dia tidak memberikan langsung kepada Alex. Dia akan membaca surat itu lebih dahulu. Dia tahu Sarah suka pada Alex. Dibukanya surat itu pelan-pelan. Ia kaget setangah mati, ternyata isinya pengakuan cinta Sarah kepada Alex. Hatinya remuk dan tak kuasa melihatnya sampai air matanya bercucuran. Tak lama dia menangis. Badannya lemas. Hidung dan mulutnya mengeluarkan darah. Dia terkejut dan takut kalau orang tuanya tahu.
Dia ingat, suatu hari dia tidak masuk sekolah, melainkan ke rumah sakit tanpa sepengetahuan siapa pun. Kata dokter yang memeriksanya, dia didiagnosa mengidap penyakit kanker janjung,penyakit yang tiada tandingnya di dunia.

Kini, penyakit itu rupanya makin mengganas. Kian lama, badannya kian tidak bertenaga. Dia sering mimisan dan muntah darah dan rambutnya mulai rontok. Suatu hari waktu dia berangkat ke sekolah ketika baru sampai di gerbang sekolah dia pingsan. Kedua karibnya, Rara dan Sarah terkejut melihatnya dan membawanya ke UKS.

“Nik, kenapa kamu jadi begini,” kata Rara dengan suara terisak.
“Aku tidak apa-apa kok! Sarah, kemarin suratmu sudah aku berikan. Dia minta kamu jadi pacarnya,” jawab Monik. Monik sengaja berbohong karena dia tidak ingin melukai hati sahabatnya itu. Walaupun di hatinya ada rasa sakit yang mengiris-iris. Ia berjanji dia akan menganggap Alex sebagai kakak bukan pacar.
“Sudahlah Nik, itu tidak penting! Yang penting sekarang kesehatanmu. Kamu harus sehat! Kita ke rumah sakit saja ya?” kata sarah.
Monik menggeleng. Dia menolak.
Bel tanda selesai pelajaran berdenting. Monik langsung ke rumah sakit untuk operasi. Setelah operasi dia koma beberapa hari. Dokter mengabari orang tuanya. Mendengar berita itu Alex kaget. Ia tahu, pasti kejadian itu karena Monik cemburu terhadap surat Sarah. Lalu mereka cepat-cepat ke rumah sakit. Setiba di sana mereka langsung menuju ICU.
“Sayang, jangan tinggalkan Bunda ya? Sembuh ya, Nak.”
“Sudahlah Om dan Tante pulang saja, biar Alex yang menunggui di sini.”
Orang tua Monik pulang. Kini tinggallah Alex dan Monik.
“Nik, kenapa kamu jadi begini? Aku tahu kamu cemburu. Bagaimanapun juga aku tetap di sampingmu,” bisik Alex di telinga Monik sambil memegang tangannya.
Tak lama kemudian Sarah datang.
“Nik, kamu kenapa? Maafin aku ya. Aku telah menyakiti kamu. Kamu juga jahat! Kenapa kau tidak mengabariku kalau kau pacarnya. Bangun Nik!” kata Sarah sambil menggoyang-goyangkan tubuh Monik. Air matanya meleleh.
Monik membuka matanya. Alex dan Sarah senang karena Monik sudah sadar. Mereka memanggil dokter jaga. Dokter menyarankan supaya Monik terus dihibur dan dibuat senang. Dan dia sudah boleh dibawa pulang besok.

* * *

Ujian Monik tiba,ia mengerjakannya dengan tenang.Saatnya pengumuman kelulusan tiba,Monik mendapat peringkat kedua,ia hampir tak percaya karena beberapa tahun yang lalu,dia belum bisa meraihnya.Monik bersyukur pada Tuhan,yang telah memberikan berkah kepadanya.Pada saat pulang,hatinya dag-dig-dug.Karena hari ini merupakan hari yang di tunggu Alex.Ketika ia mau masuk ke kamar,dia dihadang Alex.

“Nik,gimana jawabannya?”
“Maaf,aku harus menundanya besok!”
“Apa? Kau ingin menunda lagi? Sampai kapan kau menjawabnya!”bentaknya.
Alex meraih tangan Monik dan menggenggamnya erat,Monik terdiam.
“Kapan Nik! Kapan ! Jawab sekarang Nik! Aku Tidak butuh hari lagi.Nhik jawab” ucapnya sam bilo memegang tangannya dengan erat.Monik masih terdiam,pandangannya tertunduk,dia masih takut dengan paras kakaknya yang se4dang marah itu.
“Ayo Jawab Nik!jawab!”
Alex menggoyang goyangkan tubuh Monik,akhirnya Monik membuka mulutnya yang ranum itu.
“Ih,lepasin dulu tanganku! Baru aku jawab”Alex melepaskan tangan Monik yang sejak tadi di genggamnya.
“Sebelumnya aku minta maaf. Aku nolak kamu mas”
Hati Alex hancur berkeping keping,rasanya perih seperti sayatan sembilu.Setega inikah Monik?menolak cintanya yang sudah lama dipendam.Dia sabar menunggunya hingga berhari hari,berbulan bulan, bertahun tahun. “Oh....kau benar benar tak tahu pengertian” katanya di hati.
“Kamu ini kenapa Nik? Kenapa kau menolakku. Jawab Nik”ucapan Alex yang lembut kini berubah parau.
“Mas kau tahu sendiri kan?kita masih ada hubungan darah”
“Aku tahu .Tetapi aku sangat cinta kamu”
“Ya begitulah cinta itu.Mas jangan cinta buta ya dengan Monik! Cinta itu ntak harus memiliki mas.Kuingatkan ya.kau boloeh cinta aku dengan syarat tidak harus punya rasa ingin memiliki!”
“Aku mohon Nik? Aku mohon!”
“Ini tidak boleh kak.Dengarlah baik-baik kita itu saudara,sampai kapanpun aku akan menganggapmu sebagai seorang kakak”ucapnya sambil menangis.
“Tapi?”
“Tidak ada tapi tapian!cari saja yang lain selain aku!”katanya sambil menerobos tangan Alex yang menghalanginya.Namun,Alex dapat mencegahnya.
“Nik, aku mohon! Tolong aku Nik!”. Alex terus mendekur dan mengatupkan tangan di dadanya.
“Nik,aku mohon!”
“Tidak!”
“Aku mohon Nik!”
Dengan tak kuasa menahan amarah Monik memampirkan tangannya di pipi Alex. “PLAKKK”.
“Nik,kenapa kau menamparku? Kau marah ya?”
“Ya! Kau egois mas! Kau egois! Sudah aku bilang,carilah selain aku,aku mohon?”
Kini gantian Monik yang memohon kepada Alex. Dia kembali mengalirkan air matanya.Lalu dia menerobos untuk masuk ke kamarnya.Sebelum dia masuk dia berpesan kepada Alex.
“Sekali lagi kau mohon maaf.Seandainya aku cinta kamu.dan jika kau menyayangiku carilah yang lain.Carilah cinta selain aku.Bukakaan hatimu yang paling dalam untuk orang lain.Jika mas tetap mencintaiku berarti kau tetap ingin melukaiku.Apa kamu belum puas aku sakit!
Lagian percuma mas mencintaiku,sebentar lagi aku akan meninggalkan alam yang indah ini”.
“Cukup Nik.Lebih baik tuhan mengambil nyawaku dulu.Karena kau terlalu kecil untuk meninggalkan alam yang luas ini!”
Monik masuk ke kamar.Dia berjanji akan menganggap Alex sebagai kakak.Setelah kejadian ini, Monik tidak pernah diantar jemput lagi oleh Alex.Sampai teman temannya aneh melihatnya.Orang tuanya pun juga sama.

***

Setelah satu tahun, kuliah Alex selesai, dia akan pulang ke desa asalnya. Dengan hati yang sedih, Monik merelakannya. Empat tahun telah berlalu, kabarnya Alex akan berkunjung ke rumahnya. Alex berangkat dengan motor Ninjanya. Sampai di Bantul Yogyakarta Alex mengalami kecelakaan. Dia menabrak truk tronton. Dia koma sebelum meninggal dunia. Mendengar peristiwa itu, Monik pingsan. Setelah sadar tak henti-hentinya dia menangis sampai matanya sembab. Sore hari Monik meluncur ke Yogya bersama keluarganya. Di makam Alex, Monik bersimpuh.
“Maafkan aku,sebenarnya aku juga mencintaimu,tapi kita saudara.Selamat tinggal kekasih, semoga arwahmu baik-baik saja,” kata Monik lirih.
Lalu dia mampir di rumah Alex untuk bersilaturrahmi dengan keluarganya. Ibunya Alex memberikan kerangka bunga dan surat. Monik buru-buru membacanya.


Kenangan Untukmu

Dunia telah kita lalui
Suka duka kita telah tercecap
Kenangan indah kita telah terlewati
Sebagai simbol keakraban dan persahabatan
Kini, aku harus melepaskannya
Aku harus meninggalkannya
Jarum infus yang membuat aku nyeri itu
Teman hidupku
Dulu kau harap aku mengasihi yang lain
Sekarang kuharap engkau mengasihi yang lain
Melupakanku selamanya
Itu lebih baik demi kebehagiaanmu

Selamat tingal,
Alex

Monik mendekap surat itu di dadanya. Air matanya kembali mengalir.Dan akhirnya dia jatuh pingsan,penyakitnya kambuh lagi.Darah segar kini keluar dari mulut dan hidungnya,rambutnya yang terurai rontok sehelai demi helai,nafasnya kembali sesak,dia memanggil bundanya sekuat tenaga.Bundanya kaget melihat sekujur tubuh Monik basah karena darah.Lalu orang tuanya membawanya ke RS. Surya Melati.Monik harus dioperasi, setelah itu dia koma bundanya terus dan terus menangis sampai matanya bengkak.
“Sayang jangan tinggalkan bunda. Bunda masih butuh kamu nak! Bangun nak!bangun!” Bundanya terus menggoyang goyangkan tubuhnya yang tak berdaya itu.Yandanya terus menenangkan istrinya.
. “Sabar bu, biarkan Monik pergi bu.Tuhan kita sudah menakdirkan dia pergi,relakan bu...”
“Tapi...Monik anak satu satunya yang dapat membuat kita senang. Apa yanda rela juga bila Monik pergi ?”
“Aku rela bu,kalau memang itu takdirnya”
Tak lama kemudian Monik membuka matanya.
“Monik kau sadar ,sayang?”
“Bun, yan,aku...”
“Katakan Nak apa maumu?”
“Aku mau pamit.Selamat ting..ting...gal bun, yan”
Nafas Monik berhanti. Dan akhirnya dia menyusul kakaknya di alam fana,untuk selamanya.